Deka
Amalia
Dulu, saya adalah dosen aktif yang menghabiskan waktu di kampus,
saya mengajar di beberapa universitas. Semua berlangsung hingga lebih dari 20
tahun lamanya. Saya mengajar Bahasa dan Sastra Inggris. Menulis adalah hobi
saya, kegiatan yang menyenangkan. Saya selalu menulis apa saja yang ingin saya
tuliskan. Tidak pernah terpikir jika ini akan jadi dunia baru bagi saya. Saat
itu yang terpikir hanya menjadi dosen hingga pensiun.
Hingga saat sosmed mulai ramai dan berkenalan dengan banyak
penulis, gairah menjadi penulis muncul tak terbendung. Hingga akhirnya
mendirikan komunitas penulis perempuan. Ternyata banyak yang mau belajar
menulis. Kebetulan saya adalah dosen sastra, maka ilmu menulis saya cukup
mumpuni. Saya pun membuka kelas online dan offline. Seiring waktu, member
komunitas bertambah dan yang minta belajar menulis makin banyak. Setelah
memikirkan dengan matang, saya memutuskan pensiun dini dari profesi sebagai
dosen dan mendirikan lembaga pelatihan menulis dengan nama Deka Amalia Writing
Center.
Tak dinyana perkembangannya luar biasa, kelas online berjalan
setiap hari, kelas offline selalu penuh pesertanya. Sesekali saya diminta
mengisi pelatihan di berbagai lembaga dan komunitas lainnya. Maka dari sejak
saya pensiun dini di tahun 2013 hingga kini di tahun 2018, telah ribuan peserta
mengikuti pelatihan menulis. Luar biasa ya. Saya pun menebarkan semangat
menulis untuk kebahagiaan, jika menulis itu menebar manfaat. Manfaat untuk diri
sendiri dan manfaat untuk orang banyak. Berbagi ilmu dan pengalaman yang
manfaat bagi pembaca. Penulis bahagia dan pembaca pun bahagia.
Sejalan dengan itu, saya pun mendirikan self publishing, sebagai
media bagi penulis yang ingin menerbitkan buku. Saya pun membuka kelas regular
edisi terbit dalam bentuk antologi, Kelas-kelas edisi terbit selalu ramai
dengan peserta. Ada yang di FB grop dan ada yang di WA grop. Setiap hari saya
mengajar kelas online. Peserta dari seluruh Indonesia bahkan wanita Indonesia
yang tinggal di luar negeri.
Virus writerpreneur pun saya tebarkan, maka banyak peserta
pelatihan saya yang mentas menjadi trainer dan menerbitkan buku sendiri.
Menjadi writerpreneur, mencari penghasilan dari menulis. Ada yang masih part
time dan ada yang sudah full time seperti saya. Intinya sedikit banyak, menulis
itu bisa menghasilkan. Bahkan bisa menjadi mata pencaharian untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Maka sukses sebagai writerprenuer bukan hal yang mustahil.
Media internet makin memudahkan dengan segala fasilitasnya. Semua
bisa kita manfaatkan untuk hal yang positif. Kelas online berjalan lancar,
penjualan buku terus meningkat dan peserta terus bertambah. Kesuksesan ini
menjadi inspirasi bagi banyak orang. Saat saya memulai, belum banyak kelas
penulisan online berjalan bahkan menerbitkan buku sendiri masih diremehkan.
Promosi buku pun masih dianggap aneh. Kini, kelas online menjamur, komunitas
bermunculan, penerbitan indie tumbuh dan promosi buku menjadi wajib bagi setiap
penulis. Apakah saya merasa tersaingi? Sama sekali tidak. Karena niat awal saya
adalah menghidupkan dunia literasi, maka melihat dunia literasi makin hidup,
saya tentu senang. Sekarang banyak orang mau menulis, menerbitkan buku dan
ramai promosi buku di media.
Bedah buku Bersama di Ruki Facebook
Menjadi writerpreneur bikin bahagia, selain menulis dan berkarya.
Juga bisa membahagiakan banyak orang. Menemukan apa yang diimpikan banyak
orang. Bisa mengenal banyak orang dan bersahabat lalu kemudian menjadi bagian
dari keluarga. Karenanya saya sangat semangat menjalankan semua ini selama saya
masih sanggup. Saya terus melakukan inovasi dengan berbagai program. Meski
setiap program baru yang saya promosikan, tak lama kemudian ada yang mengikuti.
Saya senang-senang saja dan terus melakukan inovasi tiada henti. Saat ini
program baru yang banyak diminati adalah copywriting, menulis untuk branding
dan selling. Lalu kemudian yang terbaru adalah writing therapy. Menulis untuk
self healing. Setelah itu adalah program travel writing, menulis sambal
jalan-jalan. Mungkin bisa jadi saya menemukan program baru lainnya.
Terbukti jika banyak sekali hal baru yang bisa digali dan
dikembangkan. Tidak perlu kuatir dengan persaingan selama kita kreatif. Lagi
pula persaingan itu baik, jika kita melihatnya dari pandangan positif. Dengan
persaingan sehat, kita terdorong untuk berpikir kreatif. Selalu menemukan hal
baru yang makin baik. Yang bermanfaat bagi banyak orang. Untuk itulah saya
tidak akan pernah lelah untuk mengajak banyak orang untuk terus menulis dan
produktif berkarya. Menjadi writerprenuer itu bisa menjadi profesi yang
menjanjikan.
Profesi apapun jika dijalani dengan tekun dan komitmen, Insya
Allah bisa sukses. Dijalani dengan sepenuh hati dan penuh kecintaan. Kuncinya
memang menjalani apa yang dicintai, seperti kata orang, hobi yang dibayar itu
paling menyenangkan. Meskipun ada pendapat jika menjadi penulis itu, tidak akan
mendatangkan materi yang memuaskan. Tetapi yakinlah, jika setiap usaha akan
berbuah indah. Dan, Alhamdulillah saya sudah merasakan buah manisnya.
Untuk sukses menjadi writerpreneur butuh kemauan keras dan kerja
keras. Tidak mudah putus asa, karena tidak ada jalan sukses yang mudah. Sudah
pasti ada masalah, banyak tantangan dan kesulitan. Hanya mereka yang sanggup
meniti jalan sukses, yang akan menuju puncak. Saya malahan berharap
writerprenuer akan berkembang seperti bidang lainnya. Menjadi suatu lahan yang
diincar generasi muda kita. Agar lahir banyak anak muda yang bergerak di bidang
literasi, sehingga bangsa ini akan tumbuh lebih cerdas.
Launching Buku
Di samping semua hal di atas, hal yang paling penting adalah
kemauan untuk belajar. Menjalani prosesnya tanpa kenal lelah. Ilmu menulis
sebetulnya luas, dengan ragam teknik penulisan yang berbeda untuk setiap genre.
Jadi langkah awal untuk mau menjadi writerpreneur sukses, belajarlah terus. Sering orang beranggapan jika buku akan
digantikan oleh buku digital (ebook) saya yakin buku tidak akan tergantikan.
Selayaknya makanan alami, tidak bisa menggantikan penuh makanan instant. Karena
buku adalah vitamin jiwa, nutrisi hati. Ada kenikmatian yang berbeda saat membuka
setiap halaman kertas buku. Kenikmatan yang tidak akan tergantikan. Lagi pula,
betapa lelahnya mata jika sering membaca layar monitor. Dan tentu tidak sehat
juga untuk mata. Maka karena itulah, saya yakin buku akan abadi. Selama masih
ada yang bergerak di dunia literasi. Maka selama itu juga, menjadi
writerprenuer akan bisa bertahan, bahkan mungkin berkembang. Insya Allah.
Ø Deka Amalia
(Ex
Dosen Sastra, Writer, Writing Trainer, Book Publishing Consultant. Owner Deka
Amalia Writing Center. Founder Writerpreneur Club dan Women Script Community)
Fb Deka Amalia Ridwan. Ig deka66. Blog: www.dekamalia.com Sudah menerbitkan 150 buku.