Berbagi Pengalaman : Teknik Bernegoisasi dengan Klien
untuk penulis dan blogger
Menjadi penulis atau
blogger sama seperti profesi yang lain. Sebuah profesi yang disandang oleh
seseorang. Yang dikenal dengan sebutan profesional. Artinya individu yang bekerja
mewakili dirinya dengan profesi tertentu. Mungkin banyak profesi yang sudah
lebih dikenal oleh masyarakat luas, misalnya apakah itu dosen, dokter,
pengacara atau lainnya. Sementara penulis dan blogger mungkin merupakan profesi
yang belum dikenal luas.
Seperti yang saya
alami. Dulu, saat menjadi dosen semua punya aturan yang jelas. Honor, transfort,
fee atau fasilitas apa pun yang berkaitan dengan penghasilan saya sebagai dosen.
Semua kalangan yang bergelut sebagai dosen sudah paham berapa nilai nominal
yang akan diperoleh untuk suatu pekerjaan tertentu.
Dan, ketika saya memutuskan
untuk pensiun dini sebagai dosen karena ingin sekali mencoba bidang lain yang
kebetulan sangat saya cintai yaitu menulis. Saya melihat di antara penulis atau
blogger belum memiliki pemahaman yang sama tentang fee kecuali yang berkaitan
dengan penerbit (royalty antara 8%-10%) dan honor pemuatan tulisan di media
cetak(berkisar antara 300rb-1jt) tetapi di luar itu belum ada pemahanan yang
sama.
Misalnya, jika kebetulan
kita mendapat kontrak kerja sebagai penulis atau blogger dengan
perusahaan besar. Dimana kita harus menulis untuk brand tertentu dengan tujuan
promosi brand itu sendiri. Coba bayangkan promosi itu sama kan halnya dengan
promosi yang dilakukan oleh artis tertentu. Hanya bedanya artis membintangi iklan
di TV dan media cetak sementara kita menuliskan review tentang produk tersebut.
Atau media promo lainnya, misalnya kita menuliskan profil perusahanan atau yang
sekarang banyak dilakukan brand adalah membuat majalah internal, coffee book
table dan lain sebagainya. Semua itu membutuhkan jasa penulis atau blogger. Ada
juga sekarang yang dikenal sebagai buzzer sosmed yaitu seseorang yang dikontrak
untuk mengangkat brand di sosial media, apakah lewat FB, twitter, instragram
dan sosmed lainnya.
Tahun 2010, saat
pertama kali saya diminta untuk menulis review produk, menulis artikel untuk
majalah internal perusahaan dan menulis buku(company profile dan coffee book
table) saya sempat bingung berapa nilai nominal yang harus saya tawarkan pada
brand tersebut. Kebetulan brand tersebut perusahaan besar yang sudah terkenal
dan tentu menuntut saya bekerja dengan profesional juga dan saya pun ingin dibayar
secara professional sesuai dengan effort yang saya berikan.
Saya sempat mencari
informasi soal itu sebelum saya menentukan nilai nominal tersebut, brosing dan
bertanya pada yang saya anggap senior. Info dan jawabannya beragam. Ya, jadinya
memang tidak ada yang baku. Semua kembali pada kita sendiri, berapa kita ingin
dihargai untuk setiap pekerjaan yang kita kerjakan. Lalu saya sampai pada
keputusan nilai nominal tertentu yang saya tawarkan pada brand-brand tersebut.
Jangan dikira mereka tidak menawar, ternyata mereka pun menawar. Akhirnya saya
memahami sebagai individu kita pun harus pandai bernegoisasi agar tercapai
nilai yang disepakati dan sama-sama memuaskan kedua belah pihak. Hingga
pekerjaan bisa berjalan lancar. Brand memperoleh apa yang diharapkan dan kita
mendapatkan reward yang sesuai dan memuaskan. Jadi kita bisa merasakan kepuasan
materi dari pekerjaan yang kita lakukan karena pekerjaan tersebut kita lakukan
dengan sebaik mungkin.
Yang ingin saya bagikan
di sini adalah, bagaimana caranya supaya kita bisa bernegoisasi dengan baik
hingga tercapai nilai yang memuaskan.
Jangan pernah kita menerima pekerjaan karena terpaksa dengan pemikiran, yang penting ada pekerjaan, yang penting dapat bayaran, atau ah, ini kan pertama. Biar deh, dibayar berapa juga, atau ah, anggap aja ini pembukaan untuk pengalaman. Hingga kemudian kita mendapatkan bayaran dengan nilai yang sangat rendah, yang sangat jauh dari apa yang kita kerjakan untuk brand tersebut. Itu sama saja kita diperalat. Mereka mendapatkan yang maksimal sementara kita mendapatkan minimal. Itu tentu bukan langkah yang tepat
Yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah : siapa yang pertama kali akan menghargai diri kita jika bukan diri kita sendiri? Jadi hargai diri kita dengan pemikiran kita punya nilai, waktu kita berharga dan kita pun pantas untuk itu. Maka, secara tidak langsung kita akan mendapatkan penghargaan dari pihak di luar kita. Jadi percaya diri dan yakin akan kemampuan kita sendiri.
Percaya diri dan yakin akan kemampuan kita tersebut di atas adalah “mindset” yang harus kita tanamkan dalam diri kita hingga saat kita berhadapan dengan klien aura itu akan terpancar. Brand akan melihat jika kita punya nilai dan posisi tawar sehingga mereka tidak akan menawar serendah mungkin tetapi menawar dengan sepantasnya. Jadi terlihat jika dalam negoisasi efek psikologi memegang peranan penting.
Kita sampaikan secara tersirat jika tidak sesuai dengan nilai yang kita tawarkan, kita tidak kuatir untuk tidak mendapatkan pekerjaan ini. Dengan “body language” nggak jadi juga nggak apa-apa maka brand dapat menangkap jika kita punya posisi tawar yang kuat sebaliknya jika kita terlihat begitu berharap, begitu kuatir ini tidak jadi maka mereka akan menawar serendah mungkin. Ingat, dimana pun prinsip bisnis adalah mengeluarkan sedikit mungkin untuk mendapat sebesar mungkin.
Jangan pernah kita menerima pekerjaan karena terpaksa dengan pemikiran, yang penting ada pekerjaan, yang penting dapat bayaran, atau ah, ini kan pertama. Biar deh, dibayar berapa juga, atau ah, anggap aja ini pembukaan untuk pengalaman. Hingga kemudian kita mendapatkan bayaran dengan nilai yang sangat rendah, yang sangat jauh dari apa yang kita kerjakan untuk brand tersebut. Itu sama saja kita diperalat. Mereka mendapatkan yang maksimal sementara kita mendapatkan minimal. Itu tentu bukan langkah yang tepat
Yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah : siapa yang pertama kali akan menghargai diri kita jika bukan diri kita sendiri? Jadi hargai diri kita dengan pemikiran kita punya nilai, waktu kita berharga dan kita pun pantas untuk itu. Maka, secara tidak langsung kita akan mendapatkan penghargaan dari pihak di luar kita. Jadi percaya diri dan yakin akan kemampuan kita sendiri.
Percaya diri dan yakin akan kemampuan kita tersebut di atas adalah “mindset” yang harus kita tanamkan dalam diri kita hingga saat kita berhadapan dengan klien aura itu akan terpancar. Brand akan melihat jika kita punya nilai dan posisi tawar sehingga mereka tidak akan menawar serendah mungkin tetapi menawar dengan sepantasnya. Jadi terlihat jika dalam negoisasi efek psikologi memegang peranan penting.
Kita sampaikan secara tersirat jika tidak sesuai dengan nilai yang kita tawarkan, kita tidak kuatir untuk tidak mendapatkan pekerjaan ini. Dengan “body language” nggak jadi juga nggak apa-apa maka brand dapat menangkap jika kita punya posisi tawar yang kuat sebaliknya jika kita terlihat begitu berharap, begitu kuatir ini tidak jadi maka mereka akan menawar serendah mungkin. Ingat, dimana pun prinsip bisnis adalah mengeluarkan sedikit mungkin untuk mendapat sebesar mungkin.
Di luar itu semua pastikan kita memang pantas. Kita mampu. Kita punya kualitas. Dan, kita punya nilai. Tingkatkan kemampuan diri terus menerus hingga kita punya potensi untuk memperoleh honor/fee lebih besar. Karena setiap profesi akan dihargai karena kemampuan dan kualifikasinya. Jadi meningkatkan kemampuan diri terus menerus dan belajar tiada henti itu penting, jika kita mau terus berkembang dengan profesi yang kita miliki.
Buat portofolio yang memikat brand sehingga brand percaya akan nilai yang kita tawarkan. CV, skill, pernah ikut kursus apa dan pada siapa, pekerjaan yang pernah dikerjakan dan blog kita. Dengan begitu brand juga merasa pantas membayar sesuai yang kita tawarkan.
Begitulah, yang saya
lakukan. Semoga manfaat ya. Salam sukses.
Note : ingin
meningkakan diri? Buka ini :
http://duniadeka14.blogspot.com/2015/03/pentingnya-meningkatkan-kualitas-diri_30.html
Terima kasih tipsnya mbak. Sangat bermanfaat :)
BalasHapusSama-sama mbak
BalasHapusini dia yang aku butuhin. Kadang kok ya klien tega betul kasih harga, tapi mau nawar nggak enak. Makasih banyak mbak :)
BalasHapusIya mbak, sama-sama.
HapusMbak Deka, sebaiknya tulisan ini dibaca banyak orang, ya.. TFS
BalasHapusIya mba Tanti, silahkan share yaa...
HapusNice info Mak, Makasih banyakkkk :)
BalasHapussama-sama
HapusSelalu suka dengan tulisan Mbak Deka. Inspiratif.
BalasHapusAlahamdulillah. Makasi yaa
Hapusmba Deka, tipsnya okew mba, makasih yaa
BalasHapusSama-sama....
Hapus