Watch "Writerpreneur Club" on YouTube - https://youtu.be/z-Ym1bjcEec
Menulis karena itu membuatmu bahagia.
“All good books are alike in
that they are truer than if they had really happened and after you are finished
reading one you will feel that all that happened to you and afterwards it all
belongs to you: the good and the bad, the ecstasy, the remorse and sorrow, the
people and the places and how the weather was. If you can get so that you can
give that to people, then you are a writer.”
― Ernest Hemingway
― Ernest Hemingway
Pada dasarnya setiap
orang bisa menulis. Mungkin karena saat kecil dulu yang pertama kali diajarkan
pada kita adalah membaca dan menulis. Semua pasti ingat kan jika itu pelajaran awal yang kita terima, hanya dalam
perjalanan semua seperti tergerus. Membaca hanya sempat hingga menulis jadi
sulit. Padahal dua kegiatan itu sungguh
berdampak luar biasa bagi perkembangan kecerdasan dan kepribadian manusia sejak balita hingga tua. Hal tersebut yang kurang disadari oleh
masyarakat kita hingga dua kegiatan itu jadi membosankan. Membeli buku jika
perlu, membaca jika mau ulangan atau ujian dan menulis sekedarnya. Menyedihkan
sesungguhnya, apalagi saat hasil survey membuktikan jika minat baca masyarakat
kita termasuk deretan terendah. Perkembangan buku terbit, toko buku,
perpustakaan, dan penjualan buku tidak sebanding dengan jumlah penduduk
Indonesia yang demikian besar. Kita jauh tertinggal dari negara lain.
Coba lihatlah,
paradigma yang berkembang membuktikan betapa sayang mengeluarkan uang untuk
membeli buku. Tetapi dengan mudah membeli mainan untuk anak, bahkan harus punya
jika mainan itu lagi trend. Rasanya ketinggalan jaman jika tidak membelikan
mainan yang trendi. Coba lihatlah tidak pernah berpikir untuk mengeluarkan dana
membeli barang-barang konsumtif yang kadang sekali pakai dan coba pula berapa
jumlah keluarga yang mengalokasikan dana bulanan untuk membeli buku. Dalam list
pasti hanya kebutuhan rumah tangga, makanan, jalan-jalan dan lain sebagainya. Jika
ada dana tambahan baru beli buku. Miris ya. Padahal seharusnya membeli buku
sama pentingnya dengan membeli vitamin atau makanan, vitamin atau makanan adalah
asupan untuk tubuh sementara buku adalah asupan untuk jiwa dan otak.
Kegiatan
membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Membaca membuat
jiwa kita hidup, otak kita bekerja lebih efektif, merangsang sel-sel otak lebih
kreatif, memberikan berbagai wawasan baru yang membuat seseorang mampu berpikir
lebih cerdas. Ibaratnya tanpa membaca sesungguhnya otak kita kosong, banyak
ruang kosong di sana yang tidak terisi akhirnya perlahan sel-sel akan mengeras
dan sebagian mati. Membuat kita malas berpikir, cepat tua dan pikun. Sementara
seorang anak yang membaca buku apa saja, satu buku satu hari saja, akan
memperkaya jiwanya, merangsang sel-sel otak
tumbuh hingga membuatnya semakin cerdas. Menumbuhkan berbagai wawasan
yang membuatnya berpikir hingga tumbuh beragam ide yang inovatif. Luar biasa
kan? Jadi seharusnya belikan anak buku dan mainan hanya tambahan bukan
sebaliknya. Dahulukan membeli buku dibanding membeli beragam barang konsumtif
lainnya.
Kegiatan
menulis tak kalah pentingnya. Dalam masyarakat berkembang paradigma jika
menulis itu bakat, jadi kalau nggak punya bakat nggak bisa nulis. Seorang penulis
itu titisan dewa yang jatuh ke manusia pilihan. Paradigma ini sungguh keliru.
Bakat itu adalah sesuatu yang bisa ditimbulkan bukan semata hadir begitu saja. Ia
bisa tumbuh, salah satunya karena kebiasaan, karena sering dilakukan dan
akhirnya menyukai kegiatan itu. Intinya menulis adalah kegiatan yang bisa
dipelajari layaknya keterampilan yang lainnya. Semakin sering berlatih menulis
maka semakin berkualitas hasil tulisannya. Ide dan imaginasi bisa terus tumbuh
seiring dengan proses menulis yang ditekuni.
Apakah menulis
harus jadi penulis?
Seorang anak
yang terbiasa menulis akan semakin cerdas karena ia terus berpikir. Ia akan lebih
kreatif karena ia terus berimaginasi. Karakter positif akan tumbuh dalam
dirinya karena dengan proses menulis tumbuh rasa. Ia lebih bisa merasakan berbagai
nilai-nilai kehidupan yang akan berguna dalam dirinya. Jadi terlepas apapun
profesinya nanti kebiasaan menulis akan membuatnya memiliki nilai lebih dalam
hidup dan pekerjaannya.
Tak ada kata
terlambat dalam menulis, setiap orang bisa memulai menulis saat ini juga.
Mulailah menulis apa yang ingin kita bagi, apa yang kita tahu dan apa yang kita
pikirkan. Perkaya dengan bacaan dan teruslah menulis. Setiap proses yang kita
jalani akan memoles tulisan kita untuk bertambah baik. Dan, apa yang kita tulis
memperkaya jiwa kita. Menimbulkan jejak dalam otak kita, mengisi sel-sel otak
dalam diri kita untuk tetap aktif. Bahkan melatih kesabaran dan kehalusan
pribadi kita.
Bagaimana
menulis mempengaruhi diri kita?
Kegiatan
menulis seringkali membuat kita memikirkan banyak hal untuk mencari ide,
berimaginasi dengan beragam peristiwa dan menuangkannya dalam rangkaian kata. Kegiatan
itu ternyata membuat otak kita bekerja dengan baik dan menghilangkan beragam
penyakit sakit kepala. Menulis seperti sebuah meditasi yang menenangkan jiwa
kita. Memberikan kedamaian. Karena kegiatan ini seperti katarsis yang membuang
segala hal negatif yang ditimbulkan oleh beragam peristiwa yang mungkin tidak
menyenangkan yang tertinggal dalam alam bawah sadar kita. Menulis membuat kita
mampu berbagi berbagai hal positif, mengajak setiap orang yang membaca tulisan
kita untuk bisa merasakan hal yang sama, seperti self-healing bagi jiwa manusia. Dan, sebagai bonusnya kita
akan awet muda dan tidak akan pikun.
Luar biasa
sekali kan? Dua kegiatan membaca dan menulis yang kita kenal sejak bangku TK. Mari
tanamkan pada anak-anak kita, mari kita sebarkan pada keluarga dan lingkungan
sekitar, dan mari mulai sekarang juga.
Membaca dan
menulislah karena itu membuatmu lebih bahagia.
Note ; sumber
berbagai hasil penelitian ilmiah yang saya baca
Tambahan info
: menurut survey masih dibutuhkan jutaan buku untuk membuat Indonesia cerdas
Saya menulis untuk terapi penyakit lupa saya sejak kecil, Mak. Ternyata berhasil dan malahan sekarang membuat saya jadi lebih teratur dan malah inget same ke hal2 kecil banget :D
BalasHapusBetul mak, bisa jadi terapi. maaf baru respon he he he
HapusSetuju.. Menulis itu sungguh bermanfaat... Karena jika ingin menulis tentu harus banyak membaca dan berfikir.. :)
BalasHapusSaya selalu nulis, tapi masih selalu lupa naruh dompet di mana qiqiqi *canda*. Nice share, Mbak Deka. Yuk, terus menulis. ^^
BalasHapusxi xi xi itu mah, biasa....yuuuk...
Hapussepakat mak, menulis memang menjadi obat terapi paling ampuh. bukan cuma terapi lupa, tapi juga terapi jiwa. :)
BalasHapusiyesss siiiip. maaf baru respok wk wk wk
HapusSaya juga suka menulis. Sepertinya kalau ada yang tak tersampaikan disampaikan melalui tulisan, kadang jadi lega. Salam kenal, mba
BalasHapussaya juga menulis sebagai terapi mbak di tengah keriuhan hidup bahkan saya menjadikannya me time ;)
BalasHapusBagi saya, menulis itu self-healing. Saya sepakat sekali dengan pendapat Mbak bahwa menulis dan membaca itu sangat berkaitan. Ada lagi, menurut saya menonton video-video di Youtube juga merangsang otak untuk lebih kreatif, misalnya video-videonya TedX :D Nice share mbak ^^
BalasHapusSaya menulis. Apakah saya sedang berpikir linear atau sedang kacau. Struktur tulisan memperlihatkan kondisi seseorang. Apakah benar demikian bu?
BalasHapus