Deka
Amalia
When I fall in love it will be forever, Or I'll never fall in love
In a restless world like this is, Love is ended before it's begun
And too many moonlight kisses, Seem to cool in the warmth of the sun
In a restless world like this is, Love is ended before it's begun
And too many moonlight kisses, Seem to cool in the warmth of the sun
Lagu Nat King Cole selalu
mengiringi perjalanannya sepulang kantor. Berada di dalam mobil sendirian, di
tengah belantara kota yang terjebak kemacetan. Memandang deretan mobil di
hadapannya, yang entah kapan akan bergerak, dikelilingi belantara gedung dengan
lampu yang berkerlip, ditambah hujan yang mengguyur sejak sore, rasanya lengkap
sudah. Tak bisa berharap jam berapa ia tiba di rumah. Namun, kini tak penting
jam berapa ia tiba di rumah. Tak akan ada yang ditemuinya di sana. Rumah itu
kosong. Si mpok yang bekerja paruh waktu merapikan rumah pasti sudah pulang,
menyalakan lampu teras dan mengunci pintu. Perempuan itu sudah ia percaya untuk
membawa kunci rumahnya. Jadi tak penting lagi ia berada di dalam mobil atau di
rumah itu, ia tetap sendiri.
When I give my heart it will be completely , Or I'll never give my heart
And the moment I can feel that you feel that way too , Is when I fall in love with you
And the moment I can feel that you feel that way too , Is when I fall in love with you
Lagu itu seperti siraman sejuk yang menghilangkan kepenatan. Berada
seharian di lantai gedung tinggi dengan begitu banyak pekerjaan, kadang membuat
hatinya sesak. Sesungguhnya ia sangat menyukai pekerjaannya. Dulu, ia begitu
menikmati hari-harinya berada di sana. Pekerjaan bagai sesuatu yang menantang
yang membuatnya bersemangat. Ia merasa hidup. Karena itu, tak heran jika ia
sukses. Dalam waktu singkat, ia berhasil meraih posisi sebagai kepala cabang di
sebuah Bank ternama. Profilnya pun pernah masuk liputan majalah ekonomi sebagai
bankir wanita yang punya masa depan cerah. Semua itu seperti sesuai dengan
cita-cita dulu saat kuliah di Fakultas Ekonomi, ia ingin seperti Ayahnya. Dulu, Ayahnya seorang bankir terkenal dan diakui semua kalangan. Meski Ayah sudah
tiada, tetapi ia berharap Ayah melihat kesuksesannya.
Walau ia belum merasa sukses, masih banyak yang
ingin dikejarnya dalam berkarir. Ia ingin meraih lebih tinggi lagi. Padahal
menjaga cabang yang dipimpinnya kini untuk terus meningkatkan kinerja bukan hal
yang mudah juga. Persaingan di era masa kini demikian ketat. Meraih margin
keuntungan yang tipis saja sangat sulit apalagi harus meraih lebih tinggi lagi.
Ia dituntut untuk mampu menemukan terobosan baru, program baru, penawaran segar
pada masyarakat. Menjaga mereka yang menjadi nasabahnya tetap setia, tidak
pindah ke bank lain. Dan berusaha memperoleh lebih banyak lagi nasabah agar
bisa terus berkembang. Semua itu bukan hal mudah. Selama ini ia kerja keras
untuk bisa melakukan semua itu.
Orang
tuanya sesungguhnya teladan baginya. Secara ekonomi mereka sukses dan sukses
juga membangun keluarga. Ia menyaksikan kemesraan mereka hingga Ayah tiada.
Dan, Mama seperti sulit memperoleh pengganti, ia memilih sendiri menghabiskan
sisa usianya. Cinta abadi, bisiknya. Namun mengapa begitu sulit kini, ia
memperoleh kebahagiaan seperti mereka. Rumah tangga yang baru saja berumur dua
tahun, sudah tidak jelas kemana arahnya. Hatinya kosong dan hampa, ia merasa
sepi.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
Ia mengenal Andra cukup lama, mereka berteman saat kuliah.
Hubungan mereka baru mulai bersemi justru saat selesai kuliah. Secara tak
sengaja mereka bertemu dalam sebuah training yang diadakan kantor tempat mereka
masing-masing bekerja. Sejak pertemuan itu, mereka jadi akrab. Andra menyatakan
cinta dan ia menerima. Saat Andra melamar. Ia sesungguhnya sempat ragu,
betulkah Andra pilihan hatinya. Namun, desakan keluarga untuk menikah sangat
kuat. Usianya sudah 29 tahun. Mama sudah punya anak 2 waktu seumur kamu, begitu
selalu Mama mengingatkan. Lalu ia pikir, sudahlah mungkin jodoh, ada yang
melamar. Lalu mereka menikah.
Awalnya semua nampak manis dan menyenangkan. Andra sangat baik.
Perhatian dan romantis. Awalnya ia sempat geli, setiap kali bangun, Andra
selalu menyapa, “I love you.” Ia cekikikan. “Kamu malah ketawa.” protes Andra.
“Aneh, kenapa setiap pagi siih. Sudah tahu kamu cinta aku, kenapa mesti diulang
setiap pagi.” gerutunya geli. “Supaya kamu ingat kalau kamu punya aku. Harusnya
kamu jawab sama dong, I love you,
too.” protesnya lagi. Ia kembali
cekikikan,”Seperti di film-film saja. Kamu korban film, ah.” Tetapi Andra tetap melakukan itu, dan ia tak
pernah membalas ulang. Meski tidak lagi protes, saat Andra menyapanya dengan
kata-kata itu, namun ia hanya membalas dengan senyum kecil. Sapaan itu baru
berkahir saaat mereka mulai sering bertengkar.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
Hujan belum berhenti. Ia masih berada di tengah kemacetan. Malam
semakin pekat. Lampu jalan dan gedung terlihat makin menyala. Ia sunyi di sini.
Pikirannya melayang entah kemana-mana. Hanya ada suara hatinya ditemani lagu itu
yang ia putar berulang kali. Ia tak ingin mendengar lagu lain. Hanya lagu itu. Seperti
mempertanyakan pada dirinya sendiri. Benarkah ia jatuh cinta pada Andra,
mencintainya atau tidak. Benarkah rasa cinta itu ada. Saat ini, ia tak mampu
menjawabnya. Cinta itu sederhana, kata Mama. Cinta itu hanya memberi tanpa pamrih.
Begitu nasehat Mama, saat tahu jika ia dan Andra memilih berpisah untuk
sementara. Kamu yang membuatnya menjadi rumit, tambah Mama lagi. Saat itu, ia
hanya mampu meneteskan air mata. Kamu tetap seorang istri, meski kamu wanita
karir. Kata Mama lagi. Pikirkan, jangan bercerai, jangan sampai kamu sesali.
Kecuali, jika kamu yakin, ini tidak akan membuat kamu menyesal. Ia hanya
memandang wajah Mama dengan derai air mata. Wanita mulia, yang ia cintai ini
telah ia buat susah hati. Menyaksikan pernikahan anak gadisnya yang diambang
kehancuran.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
Ini lagu Ayah dan Mama. Begitu kata Ayah saat ia bertanya,
mengapa Ayah selalu memutar lagu itu. Ayah dan Mama kerap duduk di ruang baca,
mereka bercakap ringan dan lagu ini mereka putar berulang. Nuansa seperti itu
sangat ia sukai. Ia suka memandang mereka berdua dalam kemesraan sederhana.
Terasa lebih dalam. Namun, mengapa sulit bagi ia dan Andra untuk terus bisa
seperti itu. Selalu mesra dalam segala situasi apapun, mampu menyelesaikan
semua masalah dengan kepala dingin, mampu menyatukan hati. Mengapa begitu sulit
bagi mereka untuk bisa saling mengerti.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
In a
restless world like this is, Love is
ended before it's begun
Ia mendesah. Memandang kaca spion dan deretan panjang di
belakang mobilnya. Nampak sepasang pria dan wanita, sepertinya mereka suami
istri. Dari pantulan cahaya, ia menangkap derai tawa dan canda. Mereka menikmati
suasana dalam kemacetan seperti ini. Mungkin justru berharap macet ini tak cepat
terurai. Kapan terakhir kali, ia menikmati suasana seperti itu. Saat mereka
bisa saling memandang mesra, bertukar cerita seharian yang mereka lakoni di
kantor. Menertawakan teman sekerja yang kadang konyol atau hanya sekedar
bercerita menu makan siang yang mereka santap. Ia sudah lupa kapan terakhir
kali bisa menikmati suasana semanis itu. Beberapa bulan yang lalu? Rasanya
sudah lama sekali suasana itu berganti dengan keheningan, saling mendiamkan
atau perdebatan yang melelahkan jiwa.
Dari kaca spion, ia terhenyak. Melihat pantulan wajahnya di
sana. Wajah yang pucat, mata yang sembab dan rambut yang berantakan. Kapan
terakhir kali ia merawat wajahnya, ia lupa. Sudah lama ia tidak datang ke
salon, atau bahkan ia lupa hanya sekedar menggunakan cream malam. Ia mengusap
pipinya yang kasar. Kelembutan kulitnya yang dulu terawat tak lagi nampak.
Mengapa bisa seperti ini? Dulu, ia paling peduli akan penampilan dirinya dari
ujung kaki hingga ujung kepala. Ia selalu berusaha tampil sempurna. Baginya
penampilan menentukan image diri yang harus ia jaga. Pantas, semua yang ia
temui beberapa waktu terakhir mengatakan, ada apa dengan kamu? ia hanya
memandang heran dan menjawab memang ada apa? kamu berubah. Begitu kata mereka
dan ia tidak peduli akan semua itu. Apakah ini pengaruh perpisahannya dengan
Andra? Hingga semua menjadi kacau, hatinya, dirinya dan semua yang dijalaninya
sehari-hari. Seperti kehilangan semangat yang dulu menyala itu.
Via, begitu ia disapa. Perempuan berusia menjelang 33 tahun itu,
sesungguhnya sangat menarik. Ia cantik, cerdas dan pribadinya menyenangkan.
Sejak dulu, ia sulit jatuh hati pada pria. Hampir tidak pernah pacaran apalagi
menjalin hubungan yang serius. Semua pria selalu terlihat kurang dimatanya.
Hingga Andra hadir yang mungkin sudah jodoh yang disiapkan Tuhan untuknya.
Waktu yang singkat saat memutuskan menikah, mungkin membuat mereka belum sempat
saling mengenal. Andra sebetulnya sosok pria idaman. Secara fisik, ia tampan.
Ia rasa banyak wanita yang menyukai sosok pria macam Andra. Ia sempat tak
percaya saat Andra serius melamarnya. Kamu betulan apa bercanda. Begitu
jawabnya saat Andra mengajaknya menikah.Sorot mata Andra saat menyatakan cinta
membuatnya yakin akan perasaan Andra padanya.
When I give my heart it will be completely , Or I'll never give my heart
And the moment I can feel that you feel that way too , Is when I fall in love with you
And the moment I can feel that you feel that way too , Is when I fall in love with you
Waktu berjalan, semua yang awalnya manis mulai berubah.
Persisnya kapan, ia lupa. Tiba-tiba saja rumah menjadi demikian hening. Jika ada
keramaian, itu karena perdebatan yang berakhir dengan pertengkaran. Ia tidak
tahu siapa yang memulai hingga suasana menjadi memanas. Kata-kata yang mereka
lontarkan selalu saling menyakiti. Memulai pagi dalam diam, menikmati sarapan
tanpa saling menatap, menuju tempat kerja tanpa kecup hangat, cukup lambaian
tangan yang terasa hampa. Tak lagi saling menyapa di sela kerja meski sekedar
bbm. Pulang larut malam dan tidur saling membelakangi. Ia bahkan lupa kapan
terakhir kali menikmati kehangatan malam bersama Andra.
Salah siapa jika karirnya naik lebih cepat dibanding Andra. Saat
ia menduduki posisi kepala cabang, Andra masih berkutat sebagai staff
pemasaran. Salah siapa jika kemudian penghasilannya lebih besar. Salah siapa
jika kemudian ia ingin menikmati hasil jerih payahnya untuk sesuatu yang
disukainya. Andra selalu protes jika ia membeli barang yang mahal sementara ia
merasa tak ada salahnya sesekali memanjakan diri. Banyak hal kemudian yang
tidak lagi bisa mereka sepakati. Puncaknya saat Andra memintanya tidak terlalu
sibuk, menanyakan kapan ia bersedia hamil. Ia memang merasa belum siap akan
kehadiran seorang bayi ditengah kesibukan kerjanya. Andra menuduhnya terlalu
ambisius sementara ia menganggap Andra tidak realistis. Ia pun tidak mengerti
mengapa belum tumbuh keinginan untuk memiliki bayi.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
Suasana yang semakin tidak sehat membuat kemudian mereka
memutuskan untuk berpisah sementara. Agar kita bisa berpikir mau kemana, begitu
kata Andra saat mengusulkan perpisahan ini. Awalnya ia terkejut. Tak menyangka
Andra punya usulan seperti itu. Lebih tidak menyangka saat kemudian Andra
merapikan pakaiannya, membawa koper dan melangkah ke luar rumah. Ia terpana
menyaksikan itu. Kamu mau tinggal dimana, tanyanya. Aku sudah menyewa apartemen
dekat kantor, sementara aku tinggal di sana, jawabnya dingin. Ia terpaksa
setuju dengan usul Andra. Saat ia melihat bayangan mobil Andra menghilang di
tikungan jalan. Ia menangis, menangis dan menangis. Tangisan yang tidak ia
mengerti dan yang ia rasakan kemudian hanya kehampaan. Apakah itu tandanya ia
merasa kehilangan?
Hari-hari yang ia jalani setelah kepergian Andra terasa
membosankan. Ia kehilangan semangat. Mira, sahabatnya berkata, itu tandanya kamu
kangen. Kangen? Masa? Ia tak percaya. “Kamu cinta sama dia, Via” jelas Mira. “Kalau
kamu nggak cinta kamu nggak akan berantakan seperti ini.” tambahnya lagi. Mungkin
Mira benar, tampa ia sadari rasa cinta itu telah tumbuh. Lalu mengapa ia begitu
keras hati mengakui itu, jika ia
membutuhkan Andra dalam hidupnya. Ia kuatir Andra tak lagi menginginkannya. Ia
kuatir Andra justru memilih bercerai. Mengingat itu, matanya membasah. Pasti ia
tak kuasa mencegah jika itu terjadi, ia terlalu tinggi hati untuk memohon,
meski itu pada Andra.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
Jakarta memang aneh. Kadang penyebab kemacetan tidak jelas
awalnya dan akhirnya. Tiba-tiba saja, meski tersendat mobilnya melaju perlahan.
Pandangannya masih kabur oleh hujan yang masih turun meski tidak sederas tadi.
Sekilas ia memandang Blackberry di sampingnya. Lampunya menyala sejak tadi. Ia
enggan membukanya. Saat melihat tanggal yang terpantul di sana, ia terhenyak.
Besok tanggal yang mereka sepakati untuk bertemu dan membicarakan kelanjutan
pernikahan mereka. Matanya terpejam, kuatir akan terjadi hal terburuk dalam
hidupnya. Bagaimana pun ia tidak ingin ada sejarah perceraian. Hatinya pedih.
Sempat Mama bertanya, apa sebetulnya yang kamu cari. Jika kamu
mau bahagia jangan menyiksa diri. Lakukan semua yang kamu inginkan sesuai isi
hati kamu. Itu dikatakan Mama saat ia bertanya apa yang harus dilakukannya
sekarang dalam situasi seperti ini. Mungkin Mama betul, sudah saatnya ia
membuka diri, menerima Andra sepenuhnya sebagai suami. Mungkin sudah saatnya
mereka mendamaikan hati. Berusaha saling membahagiakan dengan memenuhi
keinginan masing-masing pasangan. Saat bertengkar dulu, sempat Andra bertanya,
mau kamu apa sebetulnya? Jika mau membangun keluarga bersama aku mengapa kamu
hanya memikirkan diri sendiri. Ia sempat tidak percaya, jika di mata Andra ia
seperti itu.
When I
fall in love it will be forever, Or
I'll never fall in love
Kini kerinduan itu muncul. Rindu canda tawa bersama Andra.
Beberapa hari yang lalu bahkan ia sempat membaca berbagai artikel tentang
kehamilan. Melihat gambar-gambar ibu hamil dan wajah lucu bayi. Entah menggapa
hatinya tergetar. Sejenak ia mengerti kerinduan yang dimiliki Andra selama ini.
Memandang wajah mungil bagai pantulan wajah mereka. Mengapa setelah perpisahan
ini, justru tumbuh keinginan itu. Sempat
ia berkhayal akan memiliki momen itu bersama Andra. Dalam situasi seperti ini
apakah mungkin? Tak berani ia memastikan diri.
Andra tak pernah mencoba menghubunginya selama perpisahan ini.
Tak pernah sekalipun mau tahu keadaan dirinya. Ingin ia memulai bertanya, apa
kabar, dimana, sedang apa tetapi itu tak pernah ia lakukan, apa yang menghalanginya,
ia juga tidak mengerti. Sempat timbul rasa kuatir mungkinkah Andra menemukan
pengganti dirinya secepat ini. Seseorang yang lebih baik dari dirinya. Seorang
istri yang seperti diidamkan Andra. Pernah Andra berkata, ia rindu istri yang
memperhatikannya. Apakah selama ini ia sangat kurang menaruh perhatian pada
suaminya.
Tak sadar, ia tiba di halaman rumahnya. Rumah yang ia beli
bersama Andra. Rumah bercat putih dengan teralis kayu coklat tua. Rumah itu
hanya rumah mungil saja. Namun ia desain sesuai impiannya akan rumah idaman. Ia
mematikan mesin mobilnya. Sudah tahu apa
yang akan dilakukannya setelah ini. Masuk rumah lalu mengunci pintu, mengambil
gelas, mengisinya dengan air dingin, meminumnya perlahan. Mandi dengan cepat
lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur, sendirian. Namun, saat itu tak ingin
ia bersegera ke luar dari mobilnya. Wajahnya ia telungkupkan ke setir mobilnya.
Tangannya memencet tombol blackberry. Nama Andra muncul di list bbmnya. Hatinya
mulai mencair. Mungkinkah Andra pun mencair. Kekerasan hatinya mulai luruh.
Andra : Kamu
dimana?
Nada tanya itu seperti beda dengan yang biasa ia terima beberapa
waktu terakhir ini. Hatinya terasa hangat, seperti ada aliran yang Andra
sampaikan padanya
Via : Di
depan rumah, baru sampai.
Andra : Macet?
Via : Iya...
Andra : Cape
ya?
Via : Iya,
kamu dimana?
Andra : Di
teras apartemen. Duduk sendirian di lantai 16. Hujan, dingin...
Ia mengela nafasnya. Sejenak bimbang apa lagi yang harus
dikatakannya. Sapaan Andra betul-betul tak terduga
Via : Disana
hujan juga
Andra : Iya.
Hujan merata sepertinya di Jakarta
Via : iya
Andra : Kamu
baik-baik saja?
Ingin ia berkata, tidak. Aku tidak baik-baik saja tampa kamu
Via: Baik,
kamu
Andra : Berantakan...
Via : Maksudnya?
Andra : Hidupku
kacau..
Ia memejamkan mata. Mungkinkah perasaan Andra sama seperti
dirinya.
Via : Besok
kita ketemu?
Andra : Ya....
Matanya terpejam, apa yang terjadi besok.
Andra : Kalau
tidak menunggu besok bagaimana?
Via: Maksudnya?
Andra : Aku
kangen....
Bulir air mata menetes tak terasa di pipinya. Ia ingin
berteriak. Jika ia juga rindu...
Via : Sama...
Andra: Sungguh?
Via ; Sungguh...
Andra : Aku
pulang ya sekarang, aku ingin memeluk kamu
Via : Aku
juga, aku tunggu...
Ia merasa lega, hatinya terasa hangat. Matanya masih berkaca
namun dipenuhi buncah yang tak bisa ia jelaskan. Ia ingin segera melompat ke
kamar, mandi dan menunggu Andra pulang. Apapun itu, akan ia sepakati asal ia
bisa bersama Andra. Saatnya ia mengakui hal terpenting dalam hidupnya. Andra
dan calon bayi mereka kelak. Maafkan aku, Andra. Aku terlambat memahami ini
semua. Aku akan belajar masak dan tidak keberatan menyiapkan sarapan setiap
pagi. Aku tahu, kamu juga tidak akan keberatan sesekali menemani aku belanja.
Bisiknya...
And the moment I can feel that you feel that way too
Is when I fall in love with you....
Note : Masuk nominasi sebuah Lomba Menulis cerpen. Belum menang. Enjoy friends...
suka endingnya, lagunya, ceritanya :)
BalasHapusMakasiii yaaa...
Hapus